Tiga bulan lalu, dari
Jakarta saya diberi pilihan antara mau urus sendiri semua persiapan sebelum berangkat
atau pakai bantuan orang. Waktu itu mikirnya karena semua funding sudah di
support, ya sudah kenapa lainnya tidak coba saja sendiri. Langkah pertama buka
website kedubes dan berbagai macam review blog juga, buat cari tahu
requirements-requirements yang dibutuhkan, mengurus ke banyak pihak, paling
takutnya…kalau visanya ditolak. Sekitar satu bulan setelah selesai mengumpulkan
berkas, lalu saya ke Jakarta sendirian. Pertama kali banget di Jakarta
sendirian tanpa ada liburan liburan.
Dan lagi, karena kebanyakan inisiatif nekat, landing jam 11
malam entah kenapa pengen coba naik bis dari bandara menuju rumah di Jakarta. Tidak
tahu kenapa juga, takut naik taksi setelah ada isu-isu kemarin. Lalu saya naik
satu bis random, ternyata salah jalur. Untungnya baru masuk sebentar ditanya
kemana lalu kondektur nya bilang kalau saya salah naik bis.
Bis jalur saya baru datang setengah jam kemudian which is
sudah sekitar jam 12 malam, baru duduk sebentar, astaga bisa mengantuk sekali
waktu itu. Bisnya lumayan bagus sejenis bis pariwisata, Saya ingat sekali
kondekturnya yang melihat saya lelah sekali bilang, “Mbak turun dimana?” Saya
bilang, “Rawasari, masih lama ya, Pak?” Katanya: “Iya, Tidur aja mbak, nanti di
Rawasari saya bangunin, masih lama kok.”
Baru ketiduran (rasanya) sebentar, saya dibangunin sama
perempuan rambut pendek daan beberapa penumpang terakhir sudah siap siap keluar.
Dia bilang sudah sampai pemberhentian akhir dan ini putaran terakhir bis hari
itu. Panik lah kemudian. Ini dimana ini
jam berapa saja saya tidak tahu astaga
kondekturnya yang katanya bilang mau membangunkan saya, bilang
dia lupa. Ya sudah, memang.. you literally can’t rely on anyone. Saya keluar
bis, bawa-bawa koper. Nah ternyata berhentinya di suatu terminal, lumayan ramai
preman, ojek, dan orang-orang seram. Saya takut sekali dan tidak berani
menghubungi orang tua saya. Takut tambah bikin mereka panik. Lalu saya cari ojek yang bapak ojeknya paling tua,
literally tua as in kakek-kakek buat antar saya ke apartemen. Salah sekali
sudah coba nekat malah terjebak sendiri
Di Jakarta untungnya proses apply visa nya lancar, selain
sebelumnya juga ke kantor center for Indonesia policy studies buat koordinasi
dan lain-lain. Setelah itu juga janjian ketemu sama dua teman baru dari
Universitas Indonesia, membahas keberangkatan besok dan macam-macam isu
politik, dan diberi banyak buku buat dibaca. Ternyata proses visa jadinya cepat
sekali hanya seminggu, mungkin karena kategori business visit, kalau tourist
bisa sekitar sebulan. Ya Alhamdulillah.
Lucu kadang kalau ingat-ingat segala persiapan kemarin,
macam-macam kejadian kaya tidur di bis, kesal digodain abang gojek, kelupaan
bawa barang, flash disk yang isinya berkas berkas hilang di bandara, kehujanan,
dll hahaha banyak pembelajaran juga, jadi punya cerita buat dibagi. Dan Semua nervous-nervous kemarin,
mengalahkan nervous hari ini. But it’s a good kind of nervous I guess. That
kind of nervous that really is a sign that I want this so bad, I don’t want to
mess up and so I have to prepare everything sebaik mungkin, karena sekarang
juga akan sendirian lagi, di negara orang. Dan harus banyak berdoa, walupun
tujuan rasanya sudah dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar