Kamis, 12 Mei 2016

that good kind of nervous

Kamis, 12 Mei 2016
Tiga  bulan lalu, dari Jakarta saya diberi pilihan antara mau urus sendiri semua persiapan sebelum berangkat atau pakai bantuan orang. Waktu itu mikirnya karena semua funding sudah di support, ya sudah kenapa lainnya tidak coba saja sendiri. Langkah pertama buka website kedubes dan berbagai macam review blog juga, buat cari tahu requirements-requirements yang dibutuhkan, mengurus ke banyak pihak, paling takutnya…kalau visanya ditolak. Sekitar satu bulan setelah selesai mengumpulkan berkas, lalu saya ke Jakarta sendirian. Pertama kali banget di Jakarta sendirian tanpa ada liburan liburan.
Dan lagi, karena kebanyakan inisiatif nekat, landing jam 11 malam entah kenapa pengen coba naik bis dari bandara menuju rumah di Jakarta. Tidak tahu kenapa juga, takut naik taksi setelah ada isu-isu kemarin. Lalu saya naik satu bis random, ternyata salah jalur. Untungnya baru masuk sebentar ditanya kemana lalu kondektur nya bilang kalau saya salah naik bis.
Bis jalur saya baru datang setengah jam kemudian which is sudah sekitar jam 12 malam, baru duduk sebentar, astaga bisa mengantuk sekali waktu itu. Bisnya lumayan bagus sejenis bis pariwisata, Saya ingat sekali kondekturnya yang melihat saya lelah sekali bilang, “Mbak turun dimana?” Saya bilang, “Rawasari, masih lama ya, Pak?” Katanya: “Iya, Tidur aja mbak, nanti di Rawasari saya bangunin, masih lama kok.”
Baru ketiduran (rasanya) sebentar, saya dibangunin sama perempuan rambut pendek daan beberapa penumpang terakhir sudah siap siap keluar. Dia bilang sudah sampai pemberhentian akhir dan ini putaran terakhir bis hari itu. Panik lah kemudian. Ini dimana ini jam berapa saja saya tidak tahu astaga
kondekturnya yang katanya bilang mau membangunkan saya, bilang dia lupa. Ya sudah, memang.. you literally can’t rely on anyone. Saya keluar bis, bawa-bawa koper. Nah ternyata berhentinya di suatu terminal, lumayan ramai preman, ojek, dan orang-orang seram. Saya takut sekali dan tidak berani menghubungi orang tua saya. Takut tambah bikin mereka panik. Lalu saya cari ojek yang bapak ojeknya paling tua, literally tua as in kakek-kakek buat antar saya ke apartemen. Salah sekali sudah coba nekat malah terjebak sendiri
Di Jakarta untungnya proses apply visa nya lancar, selain sebelumnya juga ke kantor center for Indonesia policy studies buat koordinasi dan lain-lain. Setelah itu juga janjian ketemu sama dua teman baru dari Universitas Indonesia, membahas keberangkatan besok dan macam-macam isu politik, dan diberi banyak buku buat dibaca. Ternyata proses visa jadinya cepat sekali hanya seminggu, mungkin karena kategori business visit, kalau tourist bisa sekitar sebulan. Ya Alhamdulillah.

Lucu kadang kalau ingat-ingat segala persiapan kemarin, macam-macam kejadian kaya tidur di bis, kesal digodain abang gojek, kelupaan bawa barang, flash disk yang isinya berkas berkas hilang di bandara, kehujanan, dll hahaha banyak pembelajaran juga, jadi punya cerita buat dibagi.  Dan Semua nervous-nervous kemarin, mengalahkan nervous hari ini. But it’s a good kind of nervous I guess. That kind of nervous that really is a sign that I want this so bad, I don’t want to mess up and so I have to prepare everything sebaik mungkin, karena sekarang juga akan sendirian lagi, di negara orang. Dan harus banyak berdoa, walupun tujuan rasanya sudah dekat.

Minggu, 24 April 2016

The Earth is a very small stage in the vast cosmic area

Minggu, 24 April 2016

On behalf of the earth day commemoration--couple days ago--I would like to embrace this idea that was first brought by Carl Sagan of how small& insignificant human is. It has smashed my preconception: that human somehow have privileged position in this vast universe. just like we thought the stars somehow connected with us through astrology, we thought all humans value, religion, ideology, are the only rule applied in the universe. That universe revolve around mankind's value. Where in fact...we are not more than just tiny speck of dust


See that pale blue dot. Consider again that dot. That's here. That's home. That's us. On it everyone you love, everyone you know, everyone you ever heard of, every human being who ever was, lived out their lives. The aggregate of our joy and suffering, thousands of confident religions, ideologies, and economic doctrines, every hunter and forager, every hero and coward, every creator and destroyer of civilization, every king and peasant, every young couple in love, every mother and father, hopeful child, inventor and explorer, every teacher of morals, every corrupt politician, every "superstar," every "supreme leader," every saint and sinner in the history of our species lived there – on a mote of dust suspended in a sunbeam.

The Earth is a very small stage in a vast cosmic arena. Think of the rivers of blood spilled by all those generals and emperors so that in glory and triumph they could become the momentary masters of a fraction of a dot.

Think of the endless cruelties visited by the inhabitants of one corner of this pixel on the scarcely distinguishable inhabitants of some other corner. How frequent their misunderstandings, how eager they are to kill one another, how fervent their hatreds. Our posturings, our imagined self-importance, the delusion that we have some privileged position in the universe, are challenged by this point of pale light. Our planet is a lonely speck in the great enveloping cosmic dark. In our obscurity – in all this vastness – there is no hint that help will come from elsewhere to save us from ourselves.

The Earth is the only world known, so far, to harbor life. There is nowhere else, at least in the near future, to which our species could migrate. Visit, yes. Settle, not yet. Like it or not, for the moment, the Earth is where we make our stand. It has been said that astronomy is a humbling and character-building experience.

There is perhaps no better demonstration of the folly of human conceits than this distant image of our tiny world. To me, it underscores our responsibility to deal more kindly with one another and to preserve and cherish the pale blue dot...

The only home we've ever known.

*Pale Blue Dot is a photograph of planet Earthtaken on February 14, 1990, by the Voyager 1space probe from a record distance of about 6 billion kilometers*

Selasa, 08 Maret 2016

interview session

Selasa, 08 Maret 2016


I currently hold the position as Head of Human Resource and Development of one big community movement that focus to give children in street situation better access to get a better welfare in aspects like education, economy, politics, and social culture. Last week i held an interview as the selection of the new staff, the enthusiasm was beyond my expectation. Beside the questions regarding capability, strength, weakness, i as well proposed them one question which is:
"the HRDs are responsible for handling hundreds of volunteers, make an assessment of their characteristics, and matching one's personality whether they are prepared and ready to interact with the children or not. Now I want to see your capability of assessing one person's character, please describe my personality just based on our short conversation and this short meet with me. There's no right or wrong answer, you can give me harsh opinion, judge me based on how the way I look, or whatever, say it as you pleased"
These were the answer I remembered, despite their diverse answers, it is so much fun to know others' judgement on me
Person 1: "I guess you didn't originally come from Jogjakarta. Probably from Jakarta/so. You are quite stylish. But definitely fussy and carping." *I'm actually a geeky introvert*
Person 2: "Mean, vicious, high maintenance and ambitious. Having high expectation and assessment toward people. You don't play easy on people."
Person 3: "Pretty nice, outgoing, charming aura. You couldn't stop smiling so i guess you're easily impressed. "
Person 4: "I actually knew you since high school as my senior. You might didn't know me but I often saw you bringing books, so i guess you have a broad knowledge and a clever one. You have that significant vintage style, different than other. I as well read your blog, A lot of my friends did actually, and I think you are very kind. To be honest I'm pretty much surprised that you also joined this community since you are one really busy person. "

I actually thanked that girl for reminding me to keep writing on my blog, A lot of answers were quite interesting. Some of them were right, (well despite the fact i actually am a real Jogjakartans), but it is so surprising, knowing the fact that every person can have a really different perspective on me.One said I am a mean person but one said i'm kind. Well I learned that, everybody can have different judgement but doesn't matter, I actually think they are all kind and nice

Selasa, 01 Maret 2016

Di jalan tadi

Selasa, 01 Maret 2016
Anyway, saya mau cerita  tentang hari ini. Hari ini saya baru pulang dari kampus sekitar jam 8.30 karena ada rapat, rapat hari ini lebih cepat dari biasanya, karena biasanya kami selesai sekitar jam 10 lebih
Saya berkendara pulang sendiri, jalanan tadi padat sekali oleh kendaraan berlalu lalang, biasanya saya tidak terlalu memperhatikan yang lain, hanya fokus di jalan
mobil saya pun tadinya sedang melaju cepat sampai ngga sengaja melihat kakek tua yang menuntun gerobak kecil jualannya. kok sudah sepuh bekerja sendirian jam segini...
Lalu saya putuskan untuk menepi, kakek itu masih sedikit jauh di belakang mobil saya berhenti karena beliau menuntun sendiri sepeda gerobaknya
Aku menunggu kakek tersebut lewat, karena kebetulan saya belum makan, niatnya saya sekalian beli dari beliau
saat kakek tersebut lewat, saya bilang saya mau beli, (kakek tersebut jualan burger merknya sendiri kalau tidak salah namanya burger dinar, harganya sangat murah)
Saya langsung ingat saya dulu pernah sekilas membaca di timeline social media, burger tersebut memang dijual oleh kakek yang sudah sangat tua, yang menuntun sepedanya sendiri dari daerah Imogiri, kurang lebih 25 kilometer dari tempat saya
Kemudian beliau bilang, belum bisa dibeli karena baru mau ambil bahan di suatu tempat yang kira2 masih berjarak 10 kilometer lagi, kakek tersebut seperti enggan menerima bantuan apapun karena barang jualannya belum ada. padahal mungkin kalau ditempuh jalan kaki, beliau baru sampai sekitar tengah malam nanti.
Beliau sudah tua sekali, mungkin umurnya sudah sekitar 70-80 tahun
Lalu saya sedih, saya membayangkan beliau setiap hari membawa gerobak dari tempat yang jauh, dari pagi sampai malam, dan kembali pulang ke tempat yang jaraknya sedemikian jauhnya dimana di umur tersebut beliau seharusnya sudah istirahat dirumah malam-malam begini
Kemudian kakek tersebut kembali berjalan dan saya pamit kembali pulang. Di jalan pulang saya memikirkan bagaimana kakek tersebut bekerja setiap harinya
Bagaimana kalau di jalan hujan, dimana beliau istirahat, Apa cukup penghasilannya untuk membiayai hidup dan ditabung, Bagaimana beliau menahan lelah, bagaimana kalau terjadi apa2
Tiba tiba aja saya menangis di perjalanan saya pulang, saya bukan orang yang mudah menangis tapi soal seperti ini saya merasa bersalah sekali rasanya
rasanya kesal sekali...Tidak sepadan rasanya usaha yang beliau berikan dengan untung yang tidak seberapa
 it bugs me a lot that i couldn't help
Kalau kalian lihat kakek tsb, tolong dibeli ya...
Semoga Tuhan melancarkan rezekinya dan menyehatkan beliau Aamiin

*updated 8 Maret 2016
Beberapa hari yang lalu setelah saya pulang rapat saya sempatkan untuk mencari bapak tsb dan akhirnya ketemu!! Lalu hampir setiap pulang malam dari rapat, saya sempatkan untuk mampir beli jualan bapaknya. Kadang kalau saya kesananya masih sore bapaknya masih merebus teh di sepedanya, katanya buat bekal dijalan, baik banget pokoknya beliau

Senin, 29 Februari 2016

2016 was so far pretty amazeballs, and I mean it

Senin, 29 Februari 2016
 Sedikit cerita tentang epiphany hidup
Sebelum tahun baru 2016 saya sempat coba ikut suatu competition, dan pada hari terakhir bulan desember 2015, saya menyelesaikan proses pendaftaran beasiswa ke suatu institusi di luar negeri. Lalu satu bulan kemudian saya mencoba mengapply sebagai delegasi dari Indonesia untuk mengikuti konferensi yang diikuti perwakilan 20 orang dari 20 negara di dunia, disusul coba ikut beberapa contest essay, paper, dan lain-lain yang bahkan saya sendiri tidak menyadari saya sudah melakukan itu semua
Sebenarnya intinya ada pada bukan saya mengikuti apa saja dan bukan hasil akhirnya yang saya cari. Yang saya sadari sekarang  adalah saya menikmati setiap prosesnya, i know i know...sounds so bullshit, but it's true. Saya bersyukur sekali, sepanjang proses dua bulan ini saya berkesempatan berkenalan dengan banyak orang dari berkonsultasi dengan delegasi sebelumnya, bahkan sempat merasakan keribetannya saja saya bersyukur, merasakan bagaimana pusingnya mengerjakan essay sendiri dengan deadline hitungan menit di negara orang, bikin paper sampai dini hari, mengonsep initiatives program untuk Indonesia yang saya sendiri sedikit ragu saya sanggup merealisasikannya atau tidak, ditambah tangung jawab di acara lain, daaan sebagainya
Ada yang saya gagal untuk lolos, tidak apa-apa sih, saya memang menyadari ada beberapa kekurangan saya dan balik lagi ke bukan hanya hasil akhir yang saya cari.
Ibaratnya, walaupun misal saya akhirnya gagal, dengan saya mencoba saya dapat banyak hal seperti  data-data baru, pengalaman baru, link baru, yang saya tidak akan dapat kalau saya bahkan tidak mencoba. Perkara result saya yakin, pada akhirnya nanti, hasil tidak akan mengkhianati kerja keras panjang
Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu, saya mendapat panggilan bahwa saya menang di kompetisi yang saya ikuti pertengahan tahun kemarin, Alhamdulillahnya lagi disusul kemudian baru-baru ini saya memenangkan kompetisi yang saya ikuti bulan februari kemarin dan mendapat kesempatan untuk ikut one big asia pasific conference di Australia  yang dihadiri bnyk influential people without costing me any money, all will be fully funded by the sponsors from Australia and Indonesia, now I'm looking forward for other great journeys ahead.
All of that wouldn't happen if I didn't even have the gut to try 
Jadi buat kalian yang juga sedang berproses juga,
Jangan berpikiran sempit dalam melakukan dan memandang sesuatu
Tetaplah rendah hati dan ikhlas
karena ujian keikhlasan akan hadir saat kalian sedang melakukan hal-hal hebat sementara orang lain tidak tahu
Semangat!

Senin, 27 Juli 2015

How to organize your closet

Senin, 27 Juli 2015
via Tipsaholic.com
Aku punya kebiasaan buruk menyimpan terlalu banyak baju di lemari dan karena sekarang sedang ada rencana pindah rumah kan kebiasaan buruk seperti ini harus dihilangkan, Aku lagi cari-cari diinternet terus menemukan grafik how to organize closet. Yang paling efektif adalah aturqan Keep-Store-Donate hahaha. Udah mulai mendonasikan banyak banget baju, udah semakin rapih yay!

I have this bad habit of having way TOO many clothes in my closet and since that I am planning on house moving I literally need a better way to get rid of this habit! I surfed online and find these easy graphics on how to organize my closet. It works on me well, I started to donate clothes and stuff.  hope it works for you as well!


xoxo, erina

Rabu, 15 Juli 2015

Brownies Coklat Biji bijian

Rabu, 15 Juli 2015



Liburan Kemarin aku main kuas lagi, dan eksperimen dengan resep baru; Choco Dates Brownies. Brownies yang ini lebih cenderung dibuat kering, karena biasanya selalu buat yang basah dan yang ini masih di tuang Hanuka Honey dan atasnya ditaburi biji bijian!! Suka sekali
Resepnya lupa dicatat :-( Tapi menemukan resep yang serupa disini
Mungkin bedanya ketika setengah matang ditabur aneka kacang kenari panggang, gandum, almond cincang. Lalu di panggang lagi sampai matang

hey there dreamer © 2014